Jumat, 19 Februari 2010

unknown story made by me

So this is the full version of the previous Intro. Comment please! I really need comments; whether I have to continue this and make it as a novel or just a short story. thanks. enjoy reading! --written in Indonesian


---


Ya ampun! Udah jam 7?! Cape deh... Janjian sama si dia 3 jam lagi! Gw mesti cepat- cepat mandi. Hari ini nih hari 'H'-nya! Gw harus jadi yg the best untuk dia. Baju gaul, celana jeans, ikat pinggang dan sentuhan aroma parfum yang standar untuk laki- laki. Aku siap! Ada yang kurang, apa ya? COKLAT! Bodoh gw, toko mana yang buka jam sepuluh kurang di mall? Ah sudahlah... Mawar cukup. Nyokap ada mawar palsu, nyokap ga akan marah jikalau aku ambil. "Ma, Eric pergi dulu ya!" teriak gw kepada nyokap yang sedang di dapur. Aku naik mobil gw yang berusia setengah tahun itu dan langsung memutar lagu bertemakan 'love'. Ahh~~ Jam 9.45! 15 menit lagi. Cafe yang cukup jauh dari rumah gw. Gw sampai dan turun dari mobil gw. Masih menempel aroma sedap parfum. Gw lihat perlahan di sekitar cafe itu. Dia belum datang. Kalau gitu, gw bukan coward! "Pak,satu meja untuk dua orang. Pilih spot yang oke ya," kata gw sambil nyengar nyengir. Jam 9.58! 2 menit lagi. Jantung berdebar kencang seperti bedug! Ah tidak, lebih kencang dari bedug!! Count down in 10...9...8...7...6...5... "KAK! BANGUN! Ayo udah jam 10 nih! Kita mau jalan- jalan dan makan di restoran biasa," suara adik gw merusak segalanya. Ternyata, kemarin gw cuma mimpi.


Yea, gw Eric Ferdinan. Gw laki- laki tulen yang terinspirasi sama cinta. Setiap ga ada kerjaan, gw pasti melamun. Dan yang di lamunin itu, gw jalan sama satu cewek yg aku cinta sejak TK. Ya, udah lama ya. Kebawa sampai aku umur 17 sekarang. Mereka bilang sih gw keren, gw beken dan gw perfect. Cuma pas mereka tau gw suka sama ini cewek, kata perfect itu di tarik sama mereka entah kenapa. Buat gw dia ga jelek, dia jenius, dia baik dan dia ga gaptek. Dia ranking 3 besar dari TK sampai SMA. Buatku itu perfect. "Gila loe, Ric! Si Nadine?! Gila loe sinting, sini ke optik. Lu liatlah dia... penakut, nerd dan roknya udah kayak gorden!" itu yang selalu gw denger. Hello...! Buat gw penakut, adik gw penakut, dia cewek umurnya jg 15... Mendekati Nadine lah. Ga aneh jadi kalo Nadine takut semut dan takut binatang. Semutnya kan bisa jadi semut merah yang menggigit. Lalu nerd, apa salahnya dia nerd? Artinya dia itu pinter, ga bisa di begoin. Dan roknya ga masalah. Cuma di bawah lutut. Dia itu penurut. Di sekolah diaturkan untuk menggunakan rok di bawah lutut jadi wajar. Sekarang, gmn kalo lu punya cewek yang roknya pendek, dia pemberani tapi dia otaknya nyedek. Bukan lebih aneh? Maksud gw berani, berani mengenkang. Itu bukan tipe cewek gw. Nadine perfect buat gw. Hatinya itu lembut, dia bisa bedain bahkan mana yang benar mana yang salah. Jadi anak kebanggaan sekolah, tapi kenapa semua protes aku suka dia. Beda hati dan mata emang beda persepsi.


"Nad! Nad!" gw memanggil Nadine. "Hey, Ric! Duh gawat deh nilaiku tadi pas matematika salah 1 soal. Aku salah setengah. Sedih banget deh nilaiku jadi berkurang setengah! Mungkin jadi 9.5! Duh bodohnya. Waktu kurang cukup sih."

"Weleh, Nad! Bayangin km cm stengah dari satu nomor. Aku setengah dari satu ulangan itu! Susah banget ya. Gapapa lah."

"iya, makasih Ric! Oh iya, kenapa panggil tadi?"

"Oh, enggak. Bunda suruh kamu ke rumah makan bareng. Kayaknya bunda mau ngomong sama kamu deh. Bonyok kamu jg ya"

"Oke deh. Tapi aku kurang gaul... bonyok itu apa?"

"orang tua. Datang ya di rumahku jam 6 nanti."


Wah ada Nadine nanti jam 6! Gw sangat amat ga sabar menanti dia duduk di bangku makan. Jangan- jangan nyokap mau melakukan perjodohan antara aku dan Nadine! Aduh makin deg degan. *Ting Tong* Bell rumah!! Baru jam 5.58, cepat sekali mereka datang. Segala persiapan sudah gw lakukan. Bau keringat bekas main bola tadi sudah gw cuci bersih dengan sabun dan air saat mandi tadi. Segar rasanya. Tinggal cuci mata melihat Nadine Yessica. "Malam, om tante..." mulut gw sulit di tutup seperti magnet yang bertolak belakang. Siapa wanita bergaun merah ini? Nadine? Dia terlihat semakin sempurna di mata gw! Cantik, asli cantik. Tanpa kacamata, dengan lens? Kenapa tidak pernah dipakainya ke sekolah? Riasannya yg terlihat sempurna, rambutnya yang keriting dijepit dan....sulit gw mendeskripsikan pancaran indah Nadine. "Eric...? Eric...? Kamu kenapa?" suara Nadine membuat gw bangun dari kebengongan melihatnya.


"Ayo masuk, kenapa masih di luar?" tanya nyokap. Mereka pun masuk dan duduk di bangku ruang makan gw. Nyokap memulai pembicaraan seputar sekolah dan lain- lain. Sampai akhirnya, nyokap menyampaikan sesuatu yang dapat menjawab mengapa nyokap tumben- tumbenan mengajak Nadine dan keluarga makan malam di rumah. Sebelumnya, keluarga gw dan Nadine cukup dekat. Setiap ada acara yang berhubungan, keluarga kami mengadakannya bersama. Ini salah satu acara yang kami lakukan bersama. "Lusa, kami sekeluarga akan berpindah ke negara lain, China. Ayah Eric harus bekerja disana. Tapi tidak untuk sementara jadi kami memutuskan untuk Eric dan Erica ikut bersama kami pindah ke China," kata bunda. Ini hal yang belum pernah nyokap kasih tau ke gw juga Erica. Jelas gw sedih, panas dan campur kaget. Dilihat dari raut wajah Nadine, dia seperti sedih. Tapi belum tentu. Kalau begitu mulai lusa, gw melamun dan mimpi indah di China? Dan yang gw pikir perjodohan itu juga salah? Saat itu juga, hatik gw rasanya hancur lebur dan diam 1000 kata- kata. Mata gw berair tanda hendak menangis tapi gw tahan. Gw lelaki, ada Nadine di situ dan gw harus tahan, menganggap gw sudah tau segalanya. Tidak bisa! Gw belum siap pergi dan hanya melihat Nadine dalam waktu dua hari.


Makan malam selesai, satu demi satu berpindah. Orang tua gw dan orang tua Nadine berbincang di ruang tamu. Gw mengajak Nadine kebelakang rumah. Di benak gw yang terpikir adalah mengajaknya berpacaran dan ada saja yang membisikan gw untuk saat itu juga melakukannya. Kami diam, melihat bintang di atas ayunan panjang. "Nad, lusa kita udah ga ketemua ya. Sedih banget rasanya," kuekspresikan segalanya.

"Iya, beneran sedih ya Ric. Aku...."

"Tunggu Nad. Ada yang mau aku omongin."

"Apa Ric?"

Dari situ gw bisa mendengar detak jantung berdetak. Entah aku atau Nadine. Gw sulit berkata- kata melihat wajah Nadine yang jauh berbeda malam itu. "Aku sayang sama kamu. Kamu mau..."

"Haha. Ric itu yang bakal aku katakan ke kamu. Kamu jaga diri kamu ya. Aku sayang bngt sama kamu."

Gw rasanya cengo dan kelepek- kelepek. Rasanya terbang. Gw pun menembakny dan aku diterima. Malam terakhir yang indah. Diakhiri dengan pelukan dan diawali dengan lembaran kebersamaan.


(:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar