Sabtu, 08 Mei 2010

cerpen tentang benturan nilai tradisional dan nilai modern

3 Generasi


Libur musim panas hari ini enaknya seumuranku pergi bersama teman- teman. Sudah direncanakan padahal dari seminggu yang lalu bersama teman- temanku. Ke Dufan, nonton Iron Man 2 dan juga karoke. Semua sudah direncanakan dengan begitu sempurna. Tapi ayahku menggagalkan segalanya. Aku diajak ke kampung ayahku! Yang terbayang olehku adalah rumah yang jelek, nyamuk yang membuat tanganku gatal- gatal dan sawah yang baunya kotoran hewan semua. Ihh, jijik! Tapi ayah memaksaku. Dia membolehkanku untuk tinggal di Jakarta tetapi dengan syarat- syarat yang buat aku berat. Tidak boleh pergi kemana- mana. Semua dengan penjagaan ketat Om juga Tanteku. Bosan kan? Sehari tanpa keluar bagiku itu seperti 10 tahun di penjara! Terpaksa juga aku ikut.

Sambil ngedumel dalam mobil, aku pun ikut ke desa kelahiran ayahku ini. Kupingku juga bisa panas mendengarkan iPod-ku yang isi lagunya tidak sepantar dengan lamanya mobil ini melaju. "Pak Indra, jalannya negbut dong! Ih lama gila. Ini mobilkan mahal masa lama banget. Entar gaji kamu aku potong!" kataku marah- marah. "Meli! Jangan gitu dong. Mobilnya sudah cukup kencang. Memang jalan ke desa ayah cukup jauh! Tidur saja sana!" jawab ayah dengan nada yang cukup galak. Duh, kesal banget untuk apa pake ke desa segala. Aku pun tertidur setelah mobil ini berjalan 7 jam dengan pemberhentian di pom bensin selama 3 kali. Akhirnya sampai. Tempatnya lumayan asrih, tapi tetap beda tidak ada tempat untuk shopping. "Meli ingat tempat ini? Dulu Meli kan suka sekali kesini," sambil bengong ayahku berkata demikian.

"Apa kabar, Pak. Maaf lama sekali sampai kesini. Tadi macet," ayahku menyapa kakek. "Iya, yang macetnya gila- gilaan! Yang bosannya setengah mati!"
"Meli, mana sopan santun! Belum beri salam pada kakek ya. Sudah besar masih harus diingatkan?" ibuku membuatku jengkel dengan pertanyaan ini. "Sudah- sudah. Meli cuma kecapekan," kata kakek membelaku. Akhirnya kami masuk ke rumah kakek yang menurutku rumah yang cukup besar untuk menginap selama 3 hari 2 malam disini.

Hari pertama berjalan lancar karena kami sekeluarga kecapekan, tua di jalan untuk ke desa. Bisa dibilang aku sudah seperti orang gila yang tidurnya lumayan lama. Aku mulai gila di hari kedua. Bayangkan, tidak ada sinyal sedangkan ayahku asik- asikan ketawa bersama kakek. Orang tua memang aneh. Cuma nostalgia masa kecil sampai ditertawakan. Memang dulu tidak ada teknologi untuk merekam. "Duh, kakek, ayah. Gitu saja ditertawakan. Kayaknya biasa saja deh. "
"yah kamu mah jarang mengadakan acara seperti di desa- desa. Bermain di sungai bersama kawan- kawan, manjat pohon, dan gotong royong. Semua ada rasa kekeluargaan dan ada masa- masa yang bikin kangen," kata ayah dengan gayanya yang jadul (jaman dulu). Memang kenapa. "Aku juga ada kenangan bersama teman- temanku saat kami pergi ke Bali. Lebih seru daripada ayah tuh," jawabku dengan bangga. Anehnya, tidak lebih dari 3 detik, kakek dan ayah tertawa setelah meminum kopi buatan ibu. "Kamu ini ada- ada saja, cu. Beda dong masanya. Kamu pernah bermain bersama tetanggamu dan menjadi catatan masa kecil yang indah?" Aku pun termenung diam dan mulai bosan dengan ocehan mereka.

Sorenya, ibu tiba- tiba memanggilku. "Meli! Ayo sini bantu ibu cuci piring. Kamu daritadi enak- enakan ya duduk di sofa sambil nonton." Aku kan lagi nonton, kenapa harus diganggu. "Ayo, Mel. Bantu ibumu. Ayah harus bantu kakek membereskan genteng dan membetulkan antena. Biar kamu bisa nonton lebih jelas. Besok kan kita sudah pulang. Kamu sudah bisa beristirahat." Dengan wajah kesal, aku berarah ke dapur membantu ibu mencuci. Cepat- cepat. Malas banget tinggal di desa tidak ada pembantu. Rasanya aku ingin cepat- cepat hari esok muncul. Anehnya, sebelum aku hendak masuk dapur, aku melihat kakekku melihatku dari luar sambil menggeleng-gelengkan kepala. Pegal mungkin kepalanya.

Akhirnya datang juga hari terakhir. Hari yang untukku indah! Selamat tinggal piring- piring kotor, selamat tinggal kerbau dan halo hidup asliku. Aku pun buru- buru membereskan pakaianku dan menyuruh Pak Indra memasukkan tasku ke dalam mobil. "Pak, kami jalan dulu ya. Bapak baik- baik disini," ayah mengucapkan selamat tinggal sedangkan aku begegas masuk mobil. "Meli! Bilang terimakasih sama kakek. Ucapkan selamat tinggal dulu, dong!" kata ibu. Dengan loyonya aku menghampiri kakek. "Kek, makasih dan hati- hati. Sayonara!" Aku senyam- senyum dan belum ada 1 detik berbalik badan kakek memanggilku. "Cu, jaga dirimu dan adatmu ya. Kamu benar- benar beda sama orang tuamu. Terapkan apa yang mereka lakukan. Kakek berharap kamu seperti mereka. Kamu jaga diri ya, cu."

Entah mengapa pikiran itu masih terbayang dibenakhku hingga akhirnya aku mengerti maksud kakek di hari ia meninggal, 3 bulan setelah aku meninggalkannya.





Looklet - User: neysooo!!! (Looks)

Looklet - User: neysooo!!! (Looks)

Rabu, 05 Mei 2010

Postmodernisme

Kita sekarang tinggal di dunia yang sudah maju. Yang terlihat sempurna di mata kita ini. Tapi pernahkah kalian menanya tentang sejarah postmodernisme ini? Kenyataan yang cukup pahit menurutku. Mengapa aku mengakatakan ini pahit? Setelah melihat sejarah dinyatakannya abad 21 adalah postmodernisme, aku merasa kalau apa pentingnya postmodernisme ini. Waktu memang berubah, tetapi tidak harus ada perubahan jaman secara drastis. Seperti dulu, bangunan yang beridiri tegak lurus, memiliki sudut 90 derajat. Sekarang, diubah dengan beberapa bangunan yang sudutnya melebihi 90 atau kurang dari 90 derajat. Menurutku apa pentingnya itu semua? Dunia malah mengalami kerugian bukan? Apa pentingnya kita terlihat baru tapi sebenarnya malah menimbulkan dampak buruk bagi sekitar?

Aslinya, dunia kita ada 3 jaman yang berbeda- beda arti dibalik setiap jaman. Ada premodernisme, yang menurut sejarah orang- orang yang hidup di dalamnya mempercayain yang namanya tahayul. Seperti mempercayai kalau foto bersama dan bertiga, orang yang ditengah di percayai akan ditinggalkan. Tapi itu tahayul, hanya mitos belaka. Selanjutnya jaman dimana reformasi terjadi, modernisme. Modernisme di sertai dengan keluarnya beberapa teknologi dan ilmu pengetahuan. Seperti Einstein dan lain- lainnya. Lalu menuju ke abad 21 yaitu postmodernisme dimana munculnya kehausan spritual dalam diri setiap kita. Yang dulunya akupuntur dianggap "haram", sekarang dimana- mana orang yang mau kurus mengikuti akupuntur tersebut. Lihat perbedaan orang- orang dari jaman ke jaman.

Melihat perubahan ini, sebenarnya aku merasa biasa saja. Setelah mengetahui kebenarannya itu, aku berpikir untuk apa ada perubahan jaman- jaman ini. Tapi as long as everyone feels comfortable aku juga akan merasa demikian. Semoga jaman postmodern menjadi jaman yang mengajarkan valuable lesson bagi umat manusia dan tetap percaya akan Tuhan. Karena sepanjang perubahan jaman ini, dunia berubah, manusia berubah tapi Tuhan yang tidak pernah berubah.

(:

Minggu, 25 April 2010

Pentingnya nilai- nilai tradisional bagi remaja

Tanyakan pada orang tuamu apakah ada dulu kegiatan gotong royong? Karena jawabannya adalah iya, gotong royong dahulu merupakan tradisi. Dari yang kecil sampai yang besar, sama- sama turut ikut dalam acara sosial ini. Ini bukan acara yang diselenggarakan satu tahun sekali, tetapi acara yang lumayan penting. Gotong royong mengajarkan kita untuk menjadi satu dengan orang- orang yang kurang kita kenal seperti tetangga dan lain- lain.

Coba sekarang, setelah bertanya pada orang tuamu, bandingkan dengan keadaan sekarang. Apakah ada gotong royong yang diselenggarakan di perkotaan seperti Jakarta? Ada tapi sudah sangat jarang mungkin. Sekarang kebersamaan antar manusia jarang terjalin. Turun temurun di ajarkan oleh kakek dan nenek moyang kita, lalu bablas entah kemana ajaran gotong royong tersebut. Lihat remaja seperti kita, mana ada yang tahu apa itu gotong royong. Bahkan disuruh gotong royong pun, remaja akan sempoyongan atau ogah- ogahan. Padahal gotong royong merupakan acara yang penting karena kita jadi dapat belajar kesuluran tentang dunia. Kita juga dapat menambah teman. Sekarang tidak banyak yang saling kenal antar tetangga. Karena keduanya merasa tertutup. Gotong royong bukan hanya melakukan pekerjaan bersama. Tetapi lebih kebersamaan antara manusia. Maka itu, gotong royong sangatlah penting.

Akibat pengaruh luar, gotong royong sudah jarang dilaksanakan. Terlalu banyak tradisi non- Indonesia yang masuk ke Indonesia yang membuat tradisi kita sendiri hampir runtuh. Kenapa kita tidak mengadakan gotong royong? Atau mengadakan acara kebersamaan antar kompleks? Karena dengan begitu kita akan mengajarkan anak cucu kita pentingnya kebersamaan antar tetangga menjadi kekeluargaan. Jangan sampai nantinya anak cucu kita malah mendapat pengaruh luar yang 100% mengajarkan tidak adanya kekeluargaan di negara kita ini.

Senin, 12 April 2010

Komunikasi atau Pergaulan Remaja Digital Masa Kini

Siapa yang tidak tahu Facebook dan Twitter. Dua jaringan komikasi online ini sudah sangat meluas hingga ke seluruh pelosok dunia. Tidak heran penggunanya sampai dengan jutaan manusia, termasuk juga remaja. Tetapi sering kali, Facebook maupun Twitter dipersalah gunakan oleh sebagian remaja. Pergaulan antar remaja lewat dunia maya semakin luas, dan pencemaran nama baik di berbagai jaringan pun juga meluas.

Keributan tidak hanya terjadi dunia asli yang sekarang kita injak tetapi juga dunia maya yang sepertinya jika kita berbicara tentang suatu masalah, terlihat tidak akan ketahuan. Tetapi ini tetap dunia maya. Pastinya kita mengetahui kasus Prita. Kasus yang tidak disangka- sangka akan menjadi masalah yang cukup besar. Hanya di mulai dari e-mail kecil- kecilan lalu akhirnya sampai pada puncaknya dan dilaporkan ke polisi. Dunia maya bukanlah dunia yang bisa di bilang bebas mengekspresikan sebisa kita. Dunia maya juga diisi oleh orang. Dengan kata lain, hukum masih berada di dalamnya hanya tingkat saja yang berbeda. Apa hubungannya dengan remaja? Jelas ada. Bisa dikatakan mulut seorang remaja lebih berani dari orang- orang di atasnya. Sebagai remaja kita wajib berhati- hati dan memilah- milih apakah harus kita bicarakan di jaringan dunia maya atau menyimpannya. Kasus semacam Prita, tetapi lebih "gila" juga terjadi di jaringan sosial yang terkenal, Twitter. Seorang murid sekolahan merasa sekolahnya hebat sampai- sampai ia malah menjatuhkan sekolah lain itu. Tidak sepantasnya seorang murid apalagi remaja bertingkah sombong. Kasus Prita dapat di tolerir karena memang aslinya begitu. Sedangkan kasus Twitter ini membuat setiap orang bukan ikut bersimpati tetapi jengkel. Jangan sampai Twitter malah membuat anak remaja menjadi anak yang berani melawan dan berkata kasar atau berkata tidak sewajarnya.

Jagalah nama baik diri sendiri dan kita tetap harus waspada akan bahaya dimana pun. Dunia ini tidak hidup dengan sempurna. Di setiap waktu, setiap dekit, ada saja yang terjadi di dunia nyata maupun dunia maya. Gunakan dunia maya sebagai komunikasi biasa antar teman dan kerabat. Bukan untuk saling mencemooh. Tidak ada untungnya mengejek lewat jaringan online, malah membuat keributan dan menambah kasus di dunia nyata. Sebagai anak remaja, contohilah kalau kita tidak separah yang dibayangkan orang tua kita. Agar mereka berpikir pada dasarnya, tidak ada perbedaan antara remaja sekarang dan dulu, hanya jaman yang berubah. Tata keramah masih ada. Kalau tidak dari sekarang menggunakan teknologi dengan benar, nantinya anak cucu kita akan mempersalah gunakan teknologi.

Rabu, 07 April 2010

You are the most idiot bitch i ever knew.stop disturbing me by calling to my number, i have my life right now & don't dare to get into it cause you really not! Go away from my friends life either! Let people live peacefully. How then people can love you when you don't even love yourself? What you gave to several people..., those are bullshit. If you think you can buy a friendship, you are super stupid.

Senin, 05 April 2010

With a huge pleasure, please see the label of each post to know whether it is a project or normal post.
super thanks!
(project will be labeled: B.Ind)